Pada tanggal 21-26 Oktober 2013 saya dan banyak siswa SMA Ananda kelas 2 mengikuti program sekolah yang dinamakan Live In. Desa yang kami kunjungi adalah Desa Potronalan yang terletak di daerah Kulon Progo, Jogjakarta.
HARI PERTAMA
Pada hari pertama, seluruh peserta Live In dan guru-guru yang mendampingi, berkumpul di sekolah Ananda pada pukul 16.00. Sebelum berangkat, peserta Live In menjalani sedikit briefing dan doa bersama. Kami meninggalkan sekolah tepat pada pukul 17.00. Jujur, bawaan yang kami bawa sangatlah banyak dan sedikit merepotkan :D. Kami berangkat dengan menggunakan 3 buah bis.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan panjang, bis kami berhenti di sebuah tempat makan bernama Pring Sewu. Peserta Live In dan guru-guru yang mendampingi menikmati makan malam di rumah makan itu. Pada saat itu, ada beberapa murid SMA Ananda dan seorang guru yang berulang tahun. Karena itu, dari pihak Pring Sewu memberikan sebuah hadiah unik, yaitu, minuman gratis yang dipersembahkan dengan diiringi lagu "Selamat Ulang Tahun" beserta permainan alat musik tradisional yaitu angklung. We were having such a great time back there.
HARI KEDUA
Lalu, kami melanjutkan perjalanan. Karena kelelahan dan memang hari sudah sangat larut, kami pun tertidur di bis. Esok hari, pada saat kami bangun, bis kami sudah sampai di sebuah resto bernama "Paradise Resto". Di rumah makan itu, peserta Live In menikmati sarapan, dan tidak lupa untuk mandi sebelum melanjutkan perjalanan.
Setelah mandi dan kenyang, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi Pantai Parangtritis. Seluruh peserta Live In sangat menikmati keindahan yang disuguhkan pantai Parangtritis. Tidak lupa, kami menikmati kelapa muda, minuman khas pantai yang sangat menyegarkan.
Tujuan kami selanjutnya adalah Malioboro, tempat wisata perbelanjaan yang sangat terkenal di Jogjakarta. Sesampainya, seluruh peserta langsung menyebar dan berbelanja dengan puas. Banyak barang-barang dan souvenir unik yang kami temukan. Tidak mau melewatkan kesempatan, saya menyempatkan diri untuk membeli makanan ringan khas Jogja, yaitu, Bakpia Pathok.
Setelah waktu berbelanja kami habis, peserta Live In kembali ke bus masing-masing dan menikmati makan siang yang disediakan panitia. Kami menyantap makan siang kami sambil menikmati unikanya kota Jogjakarta yang jauh dari hiruk-pikuk globalisasi seperti yang biasa kita liat di Bekasi.
Akhirnya, bus yang kami tumpangi berjalan menuju Desa yang akan kami tempati untuk kurang lebih 3 hari. Perjalanan yang panjang dan berliku-liku tidak menyurutkan semangat kami untuk bertemu warga desa tersebut.
Pada malam harinya, akhirnya bus kami sampai di tempat tujuan. Langsung, seluruh peserta Live In bertemu dengan keluarga masing-masing dan pergi ke rumah warga.
HARI KETIGA - TERAKHIR
Pada hari selanjutnya dan ketiga teman saya, mengikuti rutinitas keluarga asuh kami yaitu Ibu Siti, Bpk. Yulianto dan anaknya Gilang yang berumur 10 thn. Karena Bpk. Yulianto bekerja di kota, akhirnya kami menemani Ibu Siti dalam mengurus urusan rumah tangga, seperti memasak, mencuci pakaian dan lain-lain.
Walapun rumah yang ditinggali sangatlah sederhana, namun kami dapat merasakan kebersamaan keluarga yang sangat kental di keluarga ini. Setiap anggot keluarga saling melengkapi satu sama lain dengan sempurna.
Tidak ketinggalan, kehadiran kucing peliharaan mereka bernama Unying juga menghibur kami selama kami tinggal di keluarga yang sederhana ini.
Kami melakukan rutinitas itu untuk tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, seluruh peserta Live In mengunjungi tempat wisata Sendang Sono dan Candi Borobudur. Kami belajar banyak tentang sejarah selama disana.
Foto-foto Live In:
( Kami dan Keluarga Bpk. Yulianto)
( Kunjungan ke Candi Borobudur, Sendang Sono dan Parangtritis)
( Rutinitas pergi ke pasar setiap paginya)
( Unying, kucing peliharaan Keluarga)